EKONOMI 

Bos Boeing Singgung Prosedur Pilot Atas Insiden Pesawat Jatuh

Beritaterkini99 – Boeing kembali angkat bicara soal jatuhnya pesawat 737 MAX. Meski sebelumnya sudah meminta maaf, kini CEO Dennis Muellenberg mulai menyebut peran pilot.

Sebelumnya, Boeing dituding tak memberi penjelasan mumpuni terkait software Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS). Muellenberg pun kembali memberi penjelasan terkait kegagalan MCAS.

“Dalam skenario gagalnya MCAS, ada yang disebut prosedur stabilitasi landas pacu (runaway stabilizer procedure), yang merupakan memory item (perlu dihafal) di dalam cockpit,” ujar Muellenberg kepada media seperti dilansir Inc.

Ia menjelaskan, ada checklist yang dapat pilot lakukan jika masalah terkait MCAS muncul. Langkah-langkah tersebut seputar power management dan pitch management. Berbagai hal itulah yang CEO Boeing sebut tidak diikuti.

“Dan, dalam beberapa kasus, prosedur-prosedur itu tidak diikuti dengan lengkap,” ujar dia.

Sekadar informasi, pilot Boeing 737 MAX di Lion Air sempat meminta kopilot memeriksa handbook untuk mengetahui masalah di pesawat sebelum akhirnya terjatuh. Itu berdasarkan rekaman blackbox yang sempat bocor bulan lalu.

Selain itu, Boeing juga dilaporkan melakukan deaktivasi sebuah fitur keamanan yang dirancang untuk mengingatkan pilot ketika sensor angle-of-attack mengalami malfungsi. Maskapai Southwest Airlines sempat mengeluhkan Boeing terkait hal ini.

Pendapatan Boeing tercatat menurun pada awal 2019. Presiden Donald Trump juga masih melarang penerbangan Boeing hingga ada penjelasan menyeluruh dari pihak perusahaan terkait kecelakaan 737 MAX.

2 dari 4 halaman

Boeing 737 MAX Dilarang Terbang, 3 Maskapai Rugi Rp 8,6 Triliun

Boeing 737 MAX masih dilarang terbang oleh berbagai negara akibat insiden jatuhnya pesawat itu di Etiopia dan Indonesia. Pendapatan Boeing turun 21 persen dalam tiga bulan pertama 2019 akibat krisis ini, tetapi maskapai yang membeli pesawat 737 MAX juga memikul kerugian.

Dilaporkan CNN, tiga maskapai mengungkap kerugian sekitar USD 608 juta atau Rp 8,6 triliun (USD 1 = Rp 14. 148) akibat pelarangan Boeing 737 MAX. Tiga maskapai itu adalah maskapai American Airlines, Southwest Airlines, dan Norwegian.

American Airlines memiliki 24 Boeing 737 Max dan mengestimasi kerugian akan mencapai USD 350 juta (Rp 4,9 triliun) tahun ini. Pasalnya, 115 penerbangan harian batal hingga 19 Agustus mendatang akibat pelarangan Boeing 737 MAX.

Southwest yang memiliki 34 pesawat Boeing 737 MAX menyebut maskapai kehilangan USD 200 juta (Rp 2,8 triliun) pada kuartal I 2019. Masalah lain seperti penutupan pemerintah Amerika Serikat (AS) juga menjadi faktor negatif bagi Southwest.

Sementara, maskapai bertarif murah Norwegian menyebut pelarangan Boeing 737 MAX akan membuat perusahaan rugi USD 58 juta (Rp 822,5 miliar) tahun ini. Maskapai Norwegian memiliki 18 pesawat Boeing 737 MAX.

CEO Southwest Gary Kelly menyebut tidak senang akan pelarangan Boeing 737 MAX, tetapi hubungan dan negosiasi maskapai dengan Boeing akan terus dilaksanakan secara tertutup.

Di lain pihak, CEO Norwegian Bjørn Kjos berkata mereka sudah bertemu dengan pihak Boeing. Mereka membahas kerugian dan ganti rugi akibat pelarangan Boeing 737 MAX.

“Jelas kami tidak akan menanggung biaya terkait armada baru yang kami harus sementara kandangkan. Kami akan mengirim tagihan ke pembuat pesawat ini,” ujar Kjos bulan lalu.

3 dari 4 halaman

American Airlines Jadi Maskapai Besar Kedua Pencekal Boeing 737 MAX

Pihak maskapai American Airlines pada Minggu, 14 April 2019 mengumumkan bahwa pihaknya mulai membatalkan 115 penerbangan dengan pesawat Boeing 737 MAX 8 dalam sehari.

Dikutip dari laman The Guardian, ketentuan ini disebutkan oleh pihak American Airlines akan berlangsung hingga pertengahan Agustus mendatang.

Dengan adanya kebijakan ini, American Airlines menjadi maskapai terbesar kedua yang menangguhkan Boeing 737 Max 8.

Sebelumnya, pihak Southwest Airlines telah menerapkan hal serupa hingga 5 Agustus 2019. Sementara American Airlines hingga 19 Agustus.

Boeing 737 Max diterbangkan oleh otoritas penerbangan di seluruh dunia, termasuk FAA. Namun, sudah ada dua kecelakaan serupa dalam beberapa bulan terakhir yang melibatkan sistem perangkat lunak penerbangan di pesawat yang dikenal sebagai MCAS.

Jet Ethiopian Airlines yang jatuh pada 10 Maret, menewaskan semua 157 orang dan Lion Air yang jatuh di Indonesia pada 29 Oktober menewaskan 189 penumpang dan awak, keduanya adalah tipe Boeing 737 Max 8.

Atas kejadian dua insiden itu, Departemen Perhubungan Dunia meminta audit persetujuan Administrasi Penerbangan Federal atas kelayakan Boeing 737 MAX 8.

Related posts